Mengingati dan menginsafi konsekuensi serius dari
pengakuan-pengiktirafan Al-Quds Al-Sharif sebagai ibu kota rejim
penjajah Zionis Israel, Badan Perhubungan Daerah Tutong, Parti
Pembangunan Bangsa (NDP) mengecam sekeras-kerasnya dan menolak keputusan
dan deklarasi sepihak(unilateral) oleh Presiden Amerika Syrikat, Donald
Trump, untuk mengakui-mengiktiraf Al-Quds Al-Sharif(Jerusalem) sebagai
ibu kota Israel, dan memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke
Jerusalem. Langkah tersebut justeru akan melemahkan dan membantutkan
semua upaya untuk menemukan solusi komprehensif, adil dan berkekalan
terhadap konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung sejak lebih
tujuh(7) dekade, iaitu solusi dua negara yang diiktiraf oleh masyarakat
internasional.
Segala bentuk percubaan untuk menduduki
dan menguasai Al-Quds Al-Sharif secara unilateral atau perubahan kepada
perbatasan pra-1967, adalah merupakan pelanggaran hak-hak bangsa
Palestina dan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri yang dijamin
didalam Piagam Pertubuhan Bangsa Bersatu ((PBB) yang juga merupakan
pelanggaran serius undang-undang internasional dan resolusi Dewan
Keamanan PBB yang relevan, termasuk Resolusi 2334 (2016) yang
bersangkutan.
Seperti yang kita ketahui, isu Al-Quds
Al-Sharif(Jerusalem) adalah inti dari perjuangan Palestina. Justeru itu,
keputusan yang diambil Amerika Syarikat tersebut adalah satu bentuk
provokasi dan menimbulkan konsekuensi serius terhadap keamanan dirantau
ini dan wajarlah kita mempersoalkan kredibiliti dan keseriusan Amerika
Syarikat sebagai "dialogue partner" yang jujur. Disini, atas nama Parti
Pembangunan Bangsa, kita di Badan Perhubungan Daerah Tutong menegaskan
bahawa status akhir Al-Quds Al-Sharif tidak boleh diputuskan oleh
pengakuan-pengiktirafan unilateral(sepihak). Isu ini harus diselesaikan
melalui negosiasi bilateral antara Palestina dan Israel di bawah
kerangka solusi dua negara, dengan Russia dan Amerika Syarikat sebagai
pemerhati dan rakan dialog yang jujur lagi berkecuali (neutral). OIC
sebagai organisasi yang mewakili lebih dari 1.6 billion umat Muslim,
juga wajib menjadi garda terdepan menangani masaalah ini secara tegas
melalui jalur politik dan ekonomi dengan langkah militer sebagai pilihan
terakhir jika Amerika Syarikat dan Zionis Israel terus bersikap degil
dan arogan.
Dalam konteks Negara Brunei Darussalam, kita
harus bersatu dalam upaya kita menolak langkah apapun untuk
mengisytiharkan Al-Quds Al-Sharif(Jerusalem) sebagai ibu kota Zionis
Israel. Sebaliknya, Al-Quds Al-Sharif(Jerusalem) pada akhirnya harus
menjadi ibu kota sebuah Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dan
dikekalkan status "berkecuali dan terbukanya" sebagai tempat suci kepada
penganut-penganut tiga agama samawi. Kita menegaskan bahwa Al-Quds
Al-Sharif(Jerusalem) adalah tempat suci bagi umat Islam dan juga
merupakan tempat yang sangat penting bagi agama-agama lain dan ini harus
menjadi tempat aman dan damai untuk penganut-penganut dari berbagai
agama berkumpul dan beribadah mengikut keyakinan masing-masing. Dari itu
adalah kritikal bagi kita menghulurkan kerjasama berbagai bentuk
sebagai saudara sesama Muslim, dan dengan masyarakat internasional dalam
pelantar OIC, untuk memastikan bahwa status Al-Quds
Al-Sharif(Jerusalem) dinegosiasikan dalam kerangka dasar solusi dua
negara yang saling berdampingan. Oleh karena itu, kita harus
mengoptimalkan usaha untukmenjaga perdamaian di kota ini dan memastikan bahwa status Al-Quds Al-Sharif(Jerusalem) dinegosiasikan dalam
kerangka dasar solusi dua negara yang saling berdampingan. Oleh karena
itu, kita harus mengoptimalkan usaha untukmenjaga perdamaian di kota ini dan memastikan akses penganut-penganut semua agama terjamin selama-lamanya.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Hidup Palestina!
Badan Perhubungan Daerah Tutong,
PARTI PEMBANGUNAN BANGSA (NDP)
14 Disember 2017
No comments:
Post a Comment